bekerja keraslah..
Saya teringat perkataan Ismail Raji Al-Faruqi, muslim Palestina yang
dibunuh oleh orang Yahudi di Amerika, yang mengatakan ,”Islam is a
religion of Action” Islam adalah agama aksi. Kata-kata ini sering kali
menghentak saya tatkala muncul dalam diri saya sebuah kemalasan,
kejenuhan dan kepasifan. Kata-kata ini sering memecut saya untuk bekerja
sekuat tenaga agar bisa memenuhi tugas kehambaan, kekhalifahan dan
keumatan saya.
Ya, Islam itu agama aksi, agama kerja. Agama
gerak. Agama yang menekankan aktivitas dan mencegah pasivitas. Agama
Islam adalah agama yang mendorong pemeluknya untuk senantiasa bergerak
dan senantiasa bergerak. Beraksi dan senantiasa beraksi.
Rasulullah
sering mengulang-ulang sabdanya yang mengatakan bahwa “tangan yang di
atas jauh lebih baik dari tangan yang di bawah” sebuah perlambang yang
menandakan bahwa orang-orang yang memberikan hartanya pada orang yang
membutuhkan jauh lebih baik daripada orang yang menerima pemberian itu.
Tentu saja harta yang diberikan itu berasal dari tangan yang bekerja dan
otak yang aktif beraksi..
Rasulullah menunjukkan apresiasinya
yang sangat tinggi pada kerja keras ini dalam berbagai kesempatan.
Beliau pernah mengatakan, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dan
Thabrani : Seandainya seseorang mencari kayu bakar dan dipikul di atas
punggungnya, hal itu lebih baik daripada ia meminta-memita kepada
seseorang yang kadang diberi dan kadang ditolak.
Apa
yang terkandung dalam sabda Rasulullah tadi adalah bahwa sebaik-baik
manusia adalah seseorang yang memeras keringatnya dan menguras tenaganya
demi menjaga harga dirinya, demi menyelamatkan mukanya di depan manusia
agar dia tidak meminta-minta yang berarti telah menjual dirinya.
Menjual harkat dan martabatnya di depan manusia dan dia akan kehilangan
muka di hadapan Allah karena telah dijual di dunia. Rasulullah mendorong
dan menginginkan agar umat ini menjadi umat pekerja, umat mandiri, umat
yang tidak menggantungkan diri pada orang lain, lain dan bangsa lain.
Umat yang mampu berdiri di atas kreasinya sendiri, di atas kemampuannya
sendiri. Melalui kucuran keringat dan gejolak semangat.
Sabda
Rasulullah berikut ini memperkuat penegasan bahwa Islam adalah agama
yang sangat menghargai kerja keras : Bila seorang muslim menaburkan
benih atau menanam tananam lalu ada burung atau manusia atau binatang
yang memakan sebagian darinya niscaya hal itu akan dinilai sebagai
sedekah (HR. Bukhari).
Kembali Rasulullah menekankan bahwa tangan
seorang muslim adalah tangan kreatif, tangan produktif yang senantiasa
menghasilkan sesuatu untuk bisa dinikmati oleh manusia, binatang dan
makhluk lainnya. Seorang muslim diidealkan menjadi orang yang
mengalirkan “hidup” bagi siapa yang membutuhkan, yang memberikan cahaya
kehidupan bagi mereka yang tersendat
kesulitan. Seorang muslim
diharapkan menjadi sosok yang mampu menghidupan gairah kehidupan
seseorang, yang mampu menjadikan hidup lebih hidup dan bergairah, lebih
semangat dan bermakna, lebih aktif dan sumringah.
Kamus seorang
muslim telah kehilangan kosa kata “leha-leha” karena memang telah dengan
sengaja dia hapus dari dalamnya. Ensiklopedi seorang muslim tidak
memiliki kosa kata pengangguran karena memang ia tidak lagi dibutuhkan.
Seorang
muslim menyadari sepenuhnya bahwa dirinya akan bermakna, berharga dan
bermartabat jika dari dirinya mengalir karya-karya, jika dari otaknya
mengalir ide-ide. Dia tidak akan pernah merasa nyaman untuk menjadi
manusia lemah, manusia loyo. Sebab sikap lemah dan loyo tidak selevel
dengan identitas keislamannya. Dia tidak pernah membiarkan waktunya
lewat dengan leha-leha. Sebab leha-leha dan bermalas-malas, puas dengan
kebodohan, rela dengan kehinaan, tidak bangkit untuk mencapai
nilai-nilai
mulia, semua adalah bibit-bibit ganas penghancur semangat, kehinaan
jiwa, kebekuan emosi. Ini merupakan hubungan nasab yang bergabung dengan
bibit lainnya yang masih sesusuan menyia-nyiakan waktu,
berpencar-pencarnya semua semangat dan bercerai-cerainya perhatian.
Seorang
mukmin akan senantiasa mengisi detik-detiknya, menit-menit dan
jam-jamnya dengan kerja-kerja yang bermanfaat, dengan amal-amal saleh
yang menembus gelap. Dia sadar bahwa kerjalah yang mengantarkan umat
Islam mampu mencapai kemuliaan. Kerjalah yang mengantarkan umat Islam
mampu membangun peradaban, kerjalah yang membuat umat Islam mampu
melahirkan para pahlawan, kerjalah yang membuat umat Islam mampu
melahirkan para ilmuwan. Sejarah keemasan bangsa-bangsa manapun pasti
dibarengi dengan anak-anaknya yang suka bekerja. Mereka membangun
martabat, bangsa, budaya, peradaban dan kemanusiannya dengan kerja
keras, banting tulang dan putar otak.
Kita dapatkan sebuah
perintah tegas Allah dalam Al-Quran agar Rasulullah memerintahkan
umatnya untuk bekerja keras karena kerja-kerja mereka akan dilihat oleh
Allah dan akan dilihat oleh Rasulullah dan kaum mukminin :
وَقُلِ
اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم
بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿١٠٥﴾
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu,
maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan" (At-Taubah : 105).
Tak ada
pilihan lain bagi kita agar kita agar bisa eksis dan dihormati oleh
bangsa-bangsa lainnya kecuali dengan menggenjot spirit kerja keras kita
pada titik optimum dan maksimal. Tidak ada pilihan lain bagi kita selain
memaksimalkan semangat kita untuk memberikan kontribusi sekecil apapun
yang bisa kita lakukan demi umat manusia. Kontribusi kita adalah benih
yang suatu hari bisa dipetik hasilnya, meskipun bukan oleh tangan kita.
Mainkan
seluruh potensi kita, up grade energi semangat melayani, dan tampakkan
pada dunia bahwa Islam dan kaum muslimin adalah manusia kerja yang
mengharapkan ridha Tuhannya. Lalu katakan : Labora ergo sum (aku bekerja
maka aku ada).
Minggu, 31 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar